KONSUMSI KOPI INDONESIA
Kopi merupakan komoditas perkebunan penting dalam neraca perdagangan Indonesia. Kopi Indonesia merupakan kopi berkualitas tinggi yang mampu bersaing dalam perdangan kopi Internasional. Kopi Indonesia yang diminati pasar Internasional adalah kopi jenis Arabika. Kopi-kopi jenis Arabika yang berasal dari Indonesia termasuk kopi specialty yang memiliki cita rasa khas yang unik dimana kopi arabika Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda-beda disetiap daerah penanaman, seperti Bali kintamani dengan cita rasa khas jeruknya, mandhaeling dengan cita rasa khas lemonnya, arabika bowongso dengan cita rasa khas rempah tembakau, dan sebagainya.
Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia setelah Brazil dan Vietnam dalam produksi kopi di tahun 2013. Produksi kopi dunia mulai 2009/2010 sampai 2012/2013 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhannya mencapai 6,1% selama tiga musim terakhir. Peningkatan produksi tertinggi antara musim 2009/2010 sampai 2010/2011 sebesar 9,3% menjadi 8,3 juta ton kopi. Pertumbuhan ini sebagian besar di topang peningkatan produksi kopi jenis Arabika yang tumbuh 13,8% menjadi 5,2 juta ton, dan pertumbuhan produksi kopi Robusta 2,5% menjadi 3,2 juta ton. Pada musim 2012/2013 produksi kopi dunia mencapai 9,19 juta ton, rekor produksi terbesar (Kemendagri, 2014).
Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih dari 147 ribu ton (19,6%). Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 juta ha (Kemenperin, 2013). Produksi kopi arabika Indonesia hanya mencapai 19,6% sangat berbeda jauh dengan jumlah produksi kopi robusta yang mencapai 80,4%, padahal kopi jenis arabika lebih diminati di pasar Internasional dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi daripada kopi robusta. Kopi arabika yang memiliki daya tarik pembeli yang tinggi di pasar Internasional adalah jenis kopi Aceh Gayo, Papua Baliem Wamena, Toraja Kalosi, Mandhaeling Samosir, Java Preanger, Bowongso Wonosobo, dan Bali Kintamani.
Konsumsi kopi mengalami perkembangan pesat sejalan dengan perubahan pola hidup manusia yang mengarah kepada orientasi kepraktisan. Kebutuhan konsumsi kopi praktis menjadikan tumbuhnya industri pelayanan pangan jenis warung kopi berkembang cepat khususnya di kota Malang. Aktivitas ngopi bergeser menjadi gaya hidup, sehingga peluang bisnis warung kopi menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Pada awalnya konsumsi kopi hanya sebatas konsumsi pribadi di rumah-rumah, akan tetapi perkembangan zaman membawa perubahan dalam cara menikmati kopi (ngopi) menjadi aktivitas yang lebih interaktif dan komunal seperti bertemu klien, mengisi waktu luang dengan berkumpul bersama teman, atau sebagai istirahat dalam jeda aktivitas. Kopi menjadi lebih diminati masyarakat sebagai salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi setiap hari.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mencatat bahwa konsumsi kopi orang Indonesia terus naik sejak tahun empat tahun silam. Hal ini terungkap dari hasil survei asosiasi terkait kebutuhan kopi yang naik sebesar 36 persen sejak tahun 2010 hingga 2014. Menurut data AEKI, pada 2010 konsumsi kopi Indonesia mencapai 800 gram per kapita dengan total kebutuhan kopi mencapai 190 ribu ton. Sedangkan pada 2014, konsumsi kopi Indonesia telah mencapai 1,03 kilogram per kapita dengan kebutuhan kopi mencapai 260 ribu ton. Anggota Kompartemen Industri dan Kopi Spesialti AEKI Moelyono Soesilo menyampaikan bahwa konsumsi kopi orang Indonesia ditargetkan meningkat dalam dua tahun ke depan seiring pertumbuhan ekonomi yang mendorong kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah. Pada tahun 2016 ditargetkan konsumsi kopi mencapai 1,15 kilogram per kapita, di mana kebutuhan kopi saat itu diprediksi mencapai 300 ribu ton.