Sejarah Cokelat di Indonesia
Ekspor kakao dari Indonesia baru dimulai pada zaman penjelajahan Belanda. Sejumlah 92 ton kakao dibawa dari pelabuhan Manado ke Manila di tahun 1825-1838. Ekspor ini lalu terhenti disebabkan adanya serangan hama pada tanaman kakao. Selain Manado, kota Ambon ketika itu memiliki tanaman kakao yang produktif. Tercatat pada tahun 1859, terdapat 10.000 hingga 12.000 pohon kakao namun kemudian pohon tersebut hilang tanpa ada informasi apapun. Pulau Jawa sendiri baru mulai ditanami kakao di tahun 1880. Penanaman kakao dilakukan karena tanaman kopi Arabika saat itu terserang penyakit karat daun sehingga banyak yang beralih. Pada tahun tersebut, kakao jenis Forastero mulai diperkenalkan di Indonesia. Jenis Forastero lebih tahan hama dibandingkan Criollo. Originnya masih berasal dari Venezuala. Dibandingkan jenis Criollo, jenis ini bentuknya lebih besar dan bulat
Pada tahun 1938 perkebunan kakao di Indonesia mulai berkembang pesat. Pada tahun ini ada sekitar 29 perkebunan besar yang menjadikan kakao sebagai komoditi utama. Pemerintah mulai memperkenalkan jenis Kakao Bulk hasil seleksi BPP Medan pada tahun 1973. Kakao jenis ini originnya berasal dari jenis Forastero yang lebih tahan penyakit. Namun secara rasa tidak sebaik jenis Criollo.
Budidaya kakao di Indonesia bertahun-tahun setelah kemerdekaan telah mengalami perkembangan. Tercatat pada tahun 2007 Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana di Afrika Barat. Namun sayangnya, kualitas kakao Indonesia masih rendah di pasar internasional. Kakao Indonesia didominasi oleh biji-biji tanpa fermentasi, biji dengan kadar kotoran tinggi serta terkontaminasi serangga, jamur dan mikotoksin.